Berdasarkanbeberapa asumsi dalam literatur,
penulis menemukan bahwa keluarga broken
home bukan hanya keluargadengan kasus perceraian
saja. Keluarga brokenhome secara keseluruhan
berarti keluarga dimana fungsi ayah dan ibusebagai
orang tua tidak berjalan baik secara fungsional.
Fungsi orang tua padadasarnya adalah sebagai agen
sosialisasi nilai-nilai baik-buruk, sebagai
motivatorprimer bagi anak, sebagai tempat anak
untuk mendapatkan kasih sayang, dansebagainya.
Jika fungsi orang tua ini terhambat, maka aspek-
aspek khusus dalamkeluarga bisa dimungkinkan tak
terjadi.
Padahakikatnya, anak membutuhkan orang tuanya
untuk mengembangkan kepribadian yangsehat. Pada
masa remaja, berdasarkan asumsi Erickson. Remaja
memerlukan figur tertentu yang nantinya
bisamenjadi figure sample dalaminternalisasi nilai-
nilai remajanya. Dengan tidak berfungsinya peran
orang tuasebagaimana mestinya, maka hal ini bisa
terhambat. Proses pencarian identitasdalam kondisi
serupa ini bisa jadi meriam bagi remaja itu. Remaja
itudimungkinkan membentuk kerpibadian yang
kurang sehat dengan perasaanterisolasi. Proses
pencarian identitas akan terhambat dan
menimbulkan rasa kebingunganidentitas .
Penambahan juga, remaja itu mungkin bisa
mengembangkanperilaku yang delinquency,
ataubahkan patologis. Jika keadaan keluarga yang
broken home itu dirasakannya sangat menekan
dirinya. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Yeri
Abdillah (2003) dalam penelitiannya, menyimpulkan
bahwaagresivitas pada remaja dalam
keluarga broken home mempunyai taraf lebih tinggi
daripada rekannyayang tidak mengalami
kasus brokenhome.
Masih banyakkasus lagi yang mungkin dirasakan
anak dalam keluarga broken home. Efeknya akan
lebihterasa jika anak berada dalam masa remaja.
Jika dianalisis lebih lanjut keadaan broken
home bisa memperburukkeadaan remaja itu.
Keadaan itu akan diartikan sebagai tekanan yang
bisamenjadi sumber awal penyebab patologis sosial.
Munculnya masalahbroken home menimbulkansuatu
perasaan menyesal pada remaja, dan
melakukan identifikasi ulang.
Ketiadaannyadukungan sosial menyebabkan
kurangnya alternatif masukan bagi remaja itu
untukmelakukan reidentifikasinya. Orang tua yang
semulanya menjadi teladan, akandianggap sebagai
pembawa petaka baginya. Dari asumsi ini muncullah
rasaketidakpercayaan pada diri remaja itu.
Munculnya rasa ketidakpercayaan inimenyebabkan
cinta kepada orang tuanya semakin menipis atau
berkurang. Kelekatandengan orang tua semakin
kecil, sehingga asumsi-asumsi negatif kepada orang
tuamulai muncul. Dari asumsi itu muncullah asumsi
bahwa orang tuanya sudah tidakmenyayanginya
lagi. Perkuatan muncul apabila tidak adanya
perhatian secarafisikal yang ditujukan pada remaja
itu.
Senin, 18 Mei 2015
Ciri-ciri keluarga broken home
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar